Bahkan ada cerita (ini ceritanya benar lho) seorang
pengusaha hotel di suatu daerah ……….. pernah ditawari MLM dan
jawabannya “ Saya trauma sama MLM”. Sewaktu dikejar dengan pertanyaan
“Traumanya Bapak kenapa? Emang sudah berapa MLM yang bapak telah
jalani?” Tau jawabannya apa? “Sama sekali saya belum pernah menjalankan
bisnis MLM, tapi yang membuat saya trauma karena sudah banyak keluarga
saya yang bangkrut, jatuh miskin dan ngga mendapat apa-apa dari bisnis
MLM kecuali utang”.
Nah lo… orang yang belum masuk bisnis MLM saja
sudah trauma ketika ditawari bisnis MLM, apalagi jika ditawarkan ke
orang yang memang pernah menjalankan MLM hingga truma. Jadi gimana
dong…??? Sehingga wajar jika bayak orang yang kemudian mem-pleset-kan
MLM = Menipu Lewat Mulut, MLM= Malam Lewat Malam, MLM = Masuk Langsung
Mati bahkan ada yang lebih sadis lagi yang menganggap MLM = MTM (Multi
Tipu Marketing).
Sebelum berbicara lebih lanjut, kita harus tau dulu
bahwa MLM itu emang bukan cara cepat untuk kaya. Tapi MLM itu adalah
salah satu cara distribusi barang dalam dunia manufacturing
(perdagangan). Jadi, secara garis besar hanya ada 2 (dua) metoda
pendistribusian barang yaitu secara retail (konvensional) dan jaringan
(MLM).
Ilustrasinya sebagai berikut:
Barang yang diproduksi di pabrik akan melewati
jalur distribusi yang panjang hingga sampai ke tangan konsumen
(pemakai). Biaya terbesar yang dikeluarkan terserap ke proses distribusi
dan promosi. Rata-rata perusahaan mengeluarkan biaya sebesar 50 – 60 %
dari total omzet yang diharapkan.
Sedangka pada sistem jaringan (MLM) biaya tersebut
(distribusi dan promosi) dijadikan keuntungan perusahaan dan bonus
member. Gambarannya sebagai berikut:
Untuk memudahkan pemahaman kita, kita ilustrasikan sebagai berikut:
Apa kesimpulan yang bisa kita tarik dari kedua gambaran proses distribusi di atas?
* Distribusi & promosi produk di bisnis retail digantikan Perusahaan MLM & Member MLM di bisnis MLM* Harga produk ke konsumen di bisnis retail dan bisnis MLM harus sama
Mudah-mudahan dengan penjelasan tersebut diatas,
kita jadi mengetahui secara lebih jelas bahwa MLM itu memang bukan cara
cepat untuk menjadi kaya, tapi hanyalah salah satu dari metoda
pendistribusian barang di dunia manufacturer.
Apa penyebab orang-orang gagal di MLM dan menyebabkan TRAUMA?
98 % orang-orang gagal ber-bisnis MLM karena:
1. Faktor dari dalam (faktor kepribadian member)
- Member berharap tanpa bekerja keras dapat memperoleh kesuksesan
- Belum mengerti karakter bisnis MLM:
a. MLM matahari Karakteristik:
– Karakter rekrut
– Karakter investasi
b. MLM Binary
Karakteristik:
– Bonus besar
– Mudah dihitung
2. Faktor dari luar
Presentasi awal yang mengedepankan hasil akhir tanpa menjelaskan proses
Presentasi pada saat prospek dan pertemuan yang
mengedepankan hasil akhir. Hal ini sudah biasa dalam dunia MLM bahkan
mungkin sudah wajib. Ini adalah “brain washing” tahap awal. Hal yang
digugah pertama kali adalah emosi, jadi emosi kita lah yang dipermainkan
sehingga pada akhirnya kita bergabung dalam suatu MLM. Materi yang
biasa dijadikan tema yaitu:
- Janji penghasilan Jutaan rupiah di setiap peringkat. Padahal peringkat tidak ada artinya jika tidak ada omzet yang dihasilkan.
- Kemewahan reward
seperti : Rumah mewah, Mobil Mewah, Keluar Negeri, Perjalanan Ibadah
tanpa dijelaskan hitungan-hitungannya bagaimana kita bisa mendapatkan
reward yang dimaksud. Hal yang mendasar saja tidak pernah dijelaskan,
yaitu apa sih sebenarnya reward itu? Apa sama dengan hadiah? Ataukah
betul-betul reward yang diberikan oleh perusahaan atas prestasi kita
yang dananya diambil betul-betul dari kas perusahaan?
Sebenarnya, reward itu adalah bonus anda yang
ditunda pembayarannya. Jadi, adalah bonus kita yang dikumpul sedikit
demi sedikit (= ditunda) sampai pada akhirnya terkumpul senilai atau
bahkan lebih tinggi beberapa kali lipat nilainya dari harga reward
tersebut. Tapi pernahkah kita mempertanyakannya pada Upline atau pun
support system kita mengenai reward? Tidak kan? Soalnya otak kita sudah
di “cuci” di setiap pertemuan-pertemuan.
Bagaimana jika pertanyaannya begini: “Jika
misalnya bonus tunda kita sudah hampir mencapai syarat mendapatkan
sebuah reward; katakanlah sebuah mobil mewah; tapi pada saat itu juga
kita sudah kelelahan untuk menjalankan MLM tersebut atau karena alasan
lain sehingga kita terpaksa berhenti, apakah bonus tunda tersebut kita
dapatkan?” Jawabannya adalah TIDAK ! Sama sekali tidak. Lalu bonus
tunda kita tersebut dikemanakan? Ya… pastilah masuk ke kas perusahaan.
Kita yang kerja setengah mati bercucuran keringat, eh… malah perusahaan
yang enak-enak dan semaunya aja mengambil hak kita. Untuk memperoleh
reward sangat banyak syarat, dibutuhkan waktu, tenaga dan uang yang
sangat besar sebagai modal awal.
Ditinjau dari sudut kebutuhan, sebenarnya Anda lebih Butuh Bonus Cash yang dibayar Harian daripada Bonus Tunda (Reward)
Pasif Income
Pasti ada syarat lanjutan misalnya side volume dan tutup point
Pembayaran Bonus yang terlalu lama
Waktu pembayaran bonus di bisnis MLM dapat
digolongkan sbb: Pembayaran Bulanan (45 sampai 56 hari), Dua mingguan,
Mingguan, Setiap hari (harian)
Masyarakat Indonesia adalah MASYARAKAT BUSER (Butuh Uang SEgeRa)
yang realistis: Apa yang akan di makan besok dan apa yang akan di masak
lusa. Melihat kondisi pembayaran bonus berbagai MLM di atas, yang
paling realistis dan masuk akal adalah pembayaran bonus harian, kenapa?
Karena kebutuhan hidup juga sifatnya harian. Coba kita perhatikan
kondisi finansial sebagian besar masyarakat Indonesia di bawah ini:Posisi Keuangan / Bulannya seperti gambar di atas, solusinya:
* Mencari penghasilan Tambahan
* Mengurangi jumlah Kebutuhan
Tutup PointMLM menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut di atas karena memiliki kelebihan-kelebihan dibanding bisnis konvensional. Diantara kelebihan-kelebihan tersebut adalah menggunakan modal sekecil-kecilnya namun hasil yang diperoleh tak terbatas.
Hal berikut yang tidak pernah dijelaskan secara detail kepada calon member adalah apa itu Tutup Point. Sehingga wajar jika banyak member yang merasa tertipu, jadi sales, jatuh bangkrut, miskin dan akhirnya trauma.
Apa sih Tutup Point itu? Tutup point
adalah syarat yang ditetapkan oleh perusahaan yang sifatnya wajib bagi
member untuk mendapatkan bonusnya. Jadi, sudah merupakan keharusan bagi
member, dan member yang tidak melakukan tutup point tidak akan
memperoleh bonus seberapa besar pun omzet yang dihasilkan oleh member.
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah “apakah hal ini manusiawi?” Bonus
yang sudah menjadi hak kita akibat omzet yang kita ciptakan dipersulit
sedemikian rupa dengan keharusan berbelanja secara tutup point atau
apapun namanya?
Dari gambaran di atas, sangat jelas efek berikut
yang akan ditanggung member adalah kerugian. Barang yang tadinya seharga
X tidak mungkin akan laku terjual dengan harga yang sama, pasti pembeli
akan membeli dengan harga yang jauh lebih murah. Bahkan banyak
teman-teman saya yang sampai “banting harga” hingga setengah harga
semula. Rugi kan???
Hal terakhir yang kemudian timbul akibat keharusan tutup point adalah U T A N G.
Semakin lama, nilai tutup point akan semakin meningkat. Semakin tinggi
peringkat, semakin besar pula nilai tutup point yang ditetapkan oleh
perusahaan. Tapi anehnya, member dengan “senang hati” melakukannya (ini akibatnya kalo sering-sering di-barin washing tuh…).
Satu persatu barang berharga kita terjual untuk memenuhi tutup point
ini, bahkan ada yang sampai menjual mobil dan rumahnya demi tutup point.
Kalau barang-barang berharga sudah habis terjual, mau tidak mau
berutang jadi solusi.
“Jebakan” yang paling banyak dipergunakan oleh perusahaan MLM adalah perhitungan bonus yang sulit dan terlalu banyaknya jenis bonus.
Perusahaan menciptakan marketing plan dengan
parameter yang banyak sehingga member kesulitan dalam menghitung bonus
yang akan diterimanya. Member mengetahui nilai bonus yang diterimanya
setelah memperoleh statemen bonus atau setelah bonus diterimanya.
Yang perlu diketahui dan dipahami bersama adalah bonus itu tercipta dari omzet. Dan HANYA ada tiga jenis omzet di bisnis MLM. Omzet apa sajakah itu?
- Omzet mengajak = Bonus mengajak
- Omzet membina = Bonus pembinaan
- Omzet belanja ulang = Bonus belanja ulang
Jenis bonus yang banyak akan membuka peluang bagi perusahaan untuk menetapkan syarat-syarat yang tidak di ketahui member.
Sama halnya dengan iming-iming kemewahan yang telah
dibahas di bagian depan, peringkat juga sering dijadikan bahan Brain
Washing bagi calon-calon member. Tekadang pada saat BW, Peringkat ini
dihuung-hubungkan dengan besarnya bonus. Coba anda simak baik-baik hal
berikut ini:
Parameter yang dijadikan syarat kenaikan peringkat member:-
- Memiliki minimal dua grup dibawahnya sama peringkatnya
-
- Memiliki total nilai poin tertentu sesuai dengan yang telah disyaratkan
-
- Memiliki total nilai poin grup lain selain grup utama (side volume)
-
- Tutup poin sesuai dengan yang telah disyaratkan
Akibat yang ditimbulkan oleh adanya sistem Peringkat:
- Semakin tinggi peringkat, semakin besar persentase bonus dan diskon produk
- Jika jika salah satu syarat kenaikan
peringkat tidak terpenuhi dimana peringkat upline sama dengan peringkat
downline maka terjadi “ Break Away ” yang mengakibatkan bonus yang kita
hasilkan = 0. Contoh gambarannya sebagai berikut:
Fakta :
- Member yang bergabung di bisnis MLM berusaha
untuk secepatnya naik peringkat untuk memperoleh % bonus yang lebih
besar (Melupakan arti “ Break Away “), sehingga mau tidak mau, kejadian
Break away peringkat pasti akan kita rasakan.
- Besar kecilnya bonus tidak hanya tergantung peringkat tapi faktor utama adalah omzet
Menjadi member Perusahaan Money Game
Apa ciri-ciri perusahaan Money Game?
- Tidak memiliki ijin operasional resmi dari Pemerintah (SIUP, SIUPL, dll)
- Tidak ada barang yang dipasarkan, biasanya disamarkan dengan sebutan “investasi”
- Kalaupun ada barang, nilainya sangat kecil dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan pada saat mendaftar.
Akibat yang ditimbulkan oleh perusahaan Money Game:
- Perusahaan money game pasti merugikan semua member dan perusahaan pasti tutup
- Pertanggung jawaban uang dan moral yang
sedemikian besar kepada setiap orang yang bergabung ada pada member yang
mengajak ke perusahaan money game
- Keuntungan tidak sebanding dengan resikonya
Mengikuti petualang MLM
Kita juga harus mengetahui apa yang dinamakan
petualang MLM. Kenapa? Karena yang begini ini sangat-sangat banyak
beredar di sekitar kita. Apa sajakah kriteria sang petualang MLM itu?
- Berganti-ganti perusahaan MLM tanpa alasan
yang jelas. Hari ini menawarkan MLM A, besoknya menawarkan MLM B. Lusa
menawarkan MLM C, dihari lain menawarkan MLM D, dst.
- Mengaku pelaku bisnis MLM yang berpengalaman
karena sering berpindah perusahaan MLM padahal belum pernah sukses dan
hanya korban dan objek perusahaan. Sebagai tameng dalam menghadapi
“makhluk” seperti ini, tanyakan apakah dia pernah sukses di MLM tsb.
- Mengorbankan seluruh jaringannya demi
kepentingan pribadi dengan memberikan iming iming kepada calon member
tanpa sebuah komitmen dan kejujuran. Kejadian ini sangat sering terjadi.
Waspada!!!
Demikianlah beberapa hal yang menjadi penyebab
seseorang merasa “T R A U M A” di MLM. Semoga dengan adanya “sedikit”
penjelasan dari saya, dapat menambah pengetahuan bagi anda untuk memilih
dan memilah MLM-MLM yang semakin tumbuh subur di tanah air kita
atercinta. Harapan terakhir, semoga impian kita untuk sukses dan
memperoleh Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial dapat tercapai.
Penulis sendiri, saat ini menjalankan MLM yang menurut penulis telah memenuhi kriteria-kriteria yang ideal sebagaimana tulisan penulis di atas. Bagi yang penasaran, silahkan mengunjungi web perusahaan kami di : www.melianature.com
Ada 4 pilar dalam memilih perusahaan MLM,anda tahu?
BalasHapus1.qualify cmpany
2.qualify prduk
3.qualify marketing plan
4.qualify suport system
qc-lokal/intl,mdalny besar/kcl dsb
qp-bgs/buruk dsb
qmp-untung/rugi
qss-ada pelathn/tdk scr kontinu
klo perusahaan tdk bs tmbus 4 pilar,baik prusahan/member pasti tumbang..